Eliza (03) – Sarapan Sex Sebelum Ke Sekolah
Ceritadewasaterbaru666.blogspot.com
- Tidurku yang tak nyaman karena dilanda mimpi buruk, terasa makin tak
nyaman karena nafasku tiba tiba terasa sesak, dan tubuhku seperti
terhimpit sesuatu. Tapi aku yakin sekali kalau aku tidak mengidap
penyakit asma.
Namun
selangkanganku terasa enak dan nikmat, seperti ada penis yang mengaduk
vaginaku. Belum lagi rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku
perlahan tersadar dari tidurku, untuk kemudian mendapati ternyata Wawan
yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku.
Aku yang
masih belum sadar betul, terkejut melihatnya ada di kamarku, apalagi
sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya,
namun ia terlalu berat buat cewek mungil sepertiku.
“Lho Non Eliza, katanya mulai kemarin saya boleh menikmati Non?” tanya Wawan memprotesku.
Aku langsung sadar, teringat kemarin memang aku menjanjikan hal ini.
“Tapi
bukan gini caranya Wan! Masa aku lagi tidur kamu ajak beginian. Nggak
sopan tahu! Lagian aku tadi masih belum sadar benar, bangun bangun ada
orang lain di kamarku, kukira aku sedang diperkosa rampok tau!”, kataku
ketus.
Sebenarnya aku merasa cara Wawan membangunkanku seperti ini begitu sexy, tapi jual mahal sedikit boleh dong?
Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun.
Aku menghela nafas panjang, lalu berkata, “Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana kamu ini lama lagi kalau main… Eh… tunggu!!”
Tiba tiba aku teringat kokoku, dan aku menurunkan volume suaraku, “Gila kamu ya Wan, kakakku mana??”.
“Tenang
Non, liat ini jam berapa? Kakak non sudah pergi setengah jam yang lalu
kok. Dan saya sudah tidak tahan untuk bermain lagi dengan non nih”, kata
Wawan sambil cengengesan.
Oh.. aku sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata sudah jam 08:15 pagi.
“Lalu,
sejak jam berapa kamu nggghh… ” belum selesai aku bertanya, Wawan sudah
mulai menggenjotku dengan tak sabar, hingga aku melenguh, keenakan.
“Oh..Wan… kamu…”, aku mendesah takluk.
Wawan
tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, tapi hanya
sebentar, karena rasa nikmat langsung melandaku ketika Wawan mengulangi
gayanya kemarin.
Ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri dengan penisnya yang menusuk liang vaginaku
“Eengghh…
ngghhkk…”, aku melenguh lenguh keenakan ketika penis Wawan yang amat
kokoh itu terbenam makin dalam pada liang vaginaku.
Bukan
hanya karena takut, tapi juga tak ingin penis itu lepas dari vaginaku,
membuatku tanpa sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya.
Rasanya tusukan penis itu semakin dalam, dan aku yang sudah melingkarkan
tanganku ke lehernya supaya tubuhku tidak terjatuh ke belakang, memagut
bibirnya penuh nafsu tak perduli dengan wajahnya yang amburadul.
Terakhir
aku minum obat anti hamil adalah ketika aku digangbang di ruang UKS 2
hari yang lalu, tapi aku tak kuatir hamil, sebab kini aku sedang bukan
dalam masa subur. Aku sudah tak lagi punya niat untuk jual mahal, karena
rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku benar benar
menghancurkan akal sehatku.
Wawan terus memompa
vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga
duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku.
Baju tidur babydoll ini masih melekat, dan ketika aku sadar aku tak
memakai bra, aku teringat kalau kemarin aku tak memakainya.
Kadang
kala aku memang tidur tanpa memakai bra. Tapi celana panjangku dan
celana dalamku tidak ada, dan sempat aku melihat dari pintu kamarku
ketika Wawan membawa tubuhku keluar, kutemukan kedua benda itu
tergeletak di lantai kamarku.
Kini Wawan menuruni tangga, rupanya ia hendak mengajak rekan rekannya yang kemarin untuk bersama sama menikmati tubuhku.
Gawat
juga nih. Kalau tiap pagi aku harus sarapan sex seperti ini, bagaimana
aku bisa konsentrasi di sekolah? Tapi aku tak kuasa menolak kenikmatan
ini dan pasrah saja mengikuti kemauan Wawan. Setiap langkahnya di tangga
membuat penisnya memompa dan mengaduk liang vaginaku, dan aku orgasme
ringan hingga cairan cintaku mengalir semakin banyak. Seharusnya cairan
cintaku ini membasahi paha Wawan, tapi ia terlihat senang senang saja.
@te lur re bus
Akhirnya kami sampai di kamar tidur
pembantu laki laki di rumahku, dimana pak Arifin dan Suwito sudah
menunggu untuk mengeksekusi diriku yang masih memakai baju atasan baby
doll ini.
Sadar kalau aku akan segera jadi obyek pesta
seks lagi pagi ini, aku mencoba mengingatkan mereka supaya tak keterusan
memperkosaku seharian karena aku masih harus pergi ke sekolah.
“Kalian…
harus inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. aku nantiiii…. harus… sekolah….”,
kataku terputus putus di antara desahan dan lenguhanku.
Mereka
tertawa, dan Suwito berkata, “Tenang non Eliza, cuma satu ronde kok.
Kami kan juga harus kerja membersihkan bagian luar rumah Non…”.
Suwito
membelai pantatku dan melanjutkan, “Aduh non, kalau begini non cantik
banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini
ya?”.
Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ini
ke belakang telingaku dan menimpali, “Kita ini benar benar beruntung
bisa kerja di sini. Di mana lagi kita dapat menikmati nona amoy secantik
non Eliza ini.. seterusnya lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta?
Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho Non kerja sampai
tua di sini”.
Mereka tertawa senang sementara aku yang
antara malu bercampur terangsang, tak bisa menanggapi gurauan mereka,
karena Wawan sudah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan
besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya.
“Nggggh.. Waaan….aduuuh….emmpph”, aku melenguh dan merintih, tapi semua itu terhenti ketika Wawan memagutku dengan buas.
Yang
lain sabar menanti gilirannya dengan caranya masing masing, Suwito
membelai dan meremas pantat dan payudaraku, sementara pak Arifin
membelai belai rambutku yang panjang sampai sepunggung ini, sambil
menghirup bau harum rambutku. Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang
sekaligus seperti ini, membuat orgasme demi orgasme meluluh lantakkan
tubuhku, sampai akhirnya datanglah saat saat yang paling nikmat itu, aku
kembali mendapatkan multi orgasme.
“Mmmmmph… hnngggh..
oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku saat tubuhku terlonjak lonjak tak
karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir.
Betisku
melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang ketika aku menikmati
orgasmeku dengan total. Tubuhku pasti sudah jatuh kalau tak ditahan
Suwito dan pak Arifin, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusu
pada payudaraku sambil meremas remas dengan gemas, membuat orgasmeku
yang susul menyusul ini makin terasa nikmat.
Dentang
grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku menunjukkan sekarang
ini adalah jam 09:00! Entahlah, mungkin sudah sejam kali aku digenjot
Wawan, kalau ditambah dengan waktu aku masih tertidur. Ia memang perkasa
untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit
setelah aku orgasme, Wawan tak tahan lagi.
“Oooh…
memeknya non Eliza ini…. rasanya kontolku kayak diurut urut… sudah 3
menit… aaah… “, erangnya sambil menyemprotkan spermanya yang hangat itu
di dalam liang vaginaku.
Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas puasnya rasa hangat yang memenuhi relung relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di salah satu ranjang mereka, dan penis Wawan sudah terlepas dari vaginaku.
Aku membuka mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya. Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Suwito, yang sudah mengambil posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih sangat basah oleh cairan cintaku dan sperma Wawan.
Aku hanya bisa menggeliat pasrah dibawah tindihan Suwito, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas puasnya. Pak Arifin masih memainkan rambutku, yang menurutnya sangat indah. Tiba tiba aku teringat penis Wawan yang pasti masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku.
-x-
Entah apa yang mendorongku, tapi aku hampir tak bisa mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri ketika aku memanggil Wawan, “Wan, sini aku oralin bentar”.
Wawan yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa malu malu aku memegang penis yang sudah mengendur itu, kukulum kulum dan kuseruput hingga pipiku terlihat kempot, sampai tak ada sperma yang tersisa, sementara Wawan melenguh lenguh keenakan.
Benar benar edan! Bagaimana mungkin aku bisa seliar ini? Bahkan aku merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini karena aku mulai ketagihan minum sperma? Entahlah, tapi sekarang ini aku sudah tak sabar lagi menunggu Suwito orgasme, karena aku ingin segera merasakan nikmatnya sarapan sperma lagi.
Maka setelah penis Wawan selesai kuoral sampai bersih, aku segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Suwito, dan benar saja, tak sampai 10 menit Suwito sudah menggeram. Ingin aku memintanya keluar di mulutku, namun aku takut dianggap tidak adil karena tadi Wawan sudah keluar di dalam.
Aku diam saja, membiarkan Suwito memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, aku segera mendorong tubuhnya sampai penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku
”To, cepat sini…”, aku memanggi Suwito sambil menuding tempat di samping kananku.
Suwito pun segera menghampiriku, dan aku segera menelan penisnya dalam mulutku, menyedot nyedot sisa sperma dari penisnya itu sambil memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.
Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, aku melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku.
Tak apa apa, toh penis Suwito sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, maka aku melihat ada apa dengan selangkanganku.
Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi. Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku dengan lembut, menyendoki sisa cairan cintaku dan sperma sperma dari Wawan dan Suwito.
Setelah beberapa saat, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Arifin berkata, “Non Eliza, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”.
Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin mulai menyuapiku dengan lembut seperti menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali aku merasakan sperma yang bercampur cairan cintaku sendiri. Walaupun aku belum makan pagi, suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini seperti menggantikan sarapanku, membuat aku tak merasa begitu lapar lagi.
Setelah jatahku habis, pak Arifin mulai bersiap menggenjotku, sambil bertanya, “Non Eliza, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”.
Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan kedua pahaku selebar lebarnya, karena aku ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat.
Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Arifin sangat besar. Tapi kini aku bisa lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan.
Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika pak Arifin menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras punya Wawan memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur pak Arifin. Dan cukup keras untuk membuat aku serasa melayang ke awang awang.
Rasa nikmat ini akhirnya membuat aku orgasme, kembali kakiku melejang lejang membuat jepitan vaginaku pada penis pak Arifin makin erat, dan ini membuat pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.
Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih. Aku sudah tak merasa begitu lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri.
-x-
Mereka bertiga akhirnya duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu, sedangkan aku sendiri tergeletak lemas dalam kepuasan seksual di ranjang mereka. Wawan kelihatannya sudah pulih karena penisnya itu sudah mengacung kembali, tapi sesuai janji mereka, Wawan tak berbuat apapun padaku.
Tiba tiba Sulikah datang terburu buru sambil membawa celana dalam dan celana panjang pasangan baju baby doll milikku.
“Non, kakaknya non sudah pulang. Cepetan non”, seru Sulikah panik dan memberikan celana dalamku dan celana panjang pasangan baby doll ini.
Aku juga ikut panik, segera memakai celana dalam dan celana panjang ini, kemudian berlari kembali ke kamarku. Yang lain juga segera memakai bajunya masing masing, kemudian segera keluar dari kamar tempat kami pesta sex barusan, seolah olah sedang bekerja seperti biasa.
Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, aku sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil kokokku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, akhirnya sampai juga aku ke dalam kamarku yang kulihat sudah rapi, pasti Sulikah yang merapikan.
Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. Dan aku segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat tiga orang tadi, juga vaginaku kucuci bersih, hingga terasa kesat.
Mungkin karena cuma satu ronde, tubuhku tak terlalu lelah. Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda tanda aku baru saja ngeseks dengan seseorang. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menunggu kokoku, yang membawakan aku nasi campur di dekat sekolahnya, kesukaanku.
Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Dan sekarang tiba tiba aku jadi merasa lapar lagi.
“Thank you ya kokoku yang baik”, kataku sambil memeluk kokoku dengan senang.
“Iya me. Tapi baik kalau bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”, kokoku tertawa dan menggodaku.
Aku memukul lengannya manja, lalu kami makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa akhirnya selesai juga kami makan.
Kokoku kembali ke kamarnya, mungkin mengutak atik komputernya. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah. Sekarang sudah jam 10, aku biasanya berangkat jam 11:30. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu abu. Juga tas sekolahku, yang membuat perasaanku berkecamuk karena aku teringat tentang obat perangsang itu.
Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, aku menelepon temanku yang bernama Jenny, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya aku harus berangkat.
Setelah berpamitan pada Jenny, aku mengenakan seragam sekolahku. Lalu aku berpamitan pada kokoku dan turun ke garasi. Seperti biasanya, pak Arifin menawarkan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena aku ingin menyetir mobil sendiri.
Dalam perjalanan, aku mengingat ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan besok itu besar kemungkinan aku harus melayani mereka bertiga lagi karena kokoku kuliah pagi sampai siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah?
Aku menggelengkan kepala tak habis pikir, bisa bisanya ada pembantu dan sopir yang berani memakai tubuh anak majikannya. Entahlah, dan yang lebih gila lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias bispak gitu loh…
No comments:
Post a Comment